Jumat, 20 Agustus 2010

Aku, Alam, dan Negeriku

Diam aku
Meriap dalam canda tawa angin sepoi buritan laut tepi
Sayup teriakan ruh tentara yang mati
Alam sontak membelai
Mereka bertanya arah padaku
“Kemanakah matahari, kemanakah matahari”
Aku masih terdiam
Karena aku tak tahu apa yang mereka cari
Katanya untuk mengabdi
Buat sebuah kain berlambang jati diri
Berwarna berani dan suci
Siapakah, dimanakah
Alam berkata lagi,
“Mereka tiada lelah untuk mengabdi
Namun selain mereka, tiada mengerti
Arti beban melawan kemungkaran
Arti menjaga dan menghargai negeri
Mereka adalah orang-orang ksatria, anakku”
Begitulah nasehat alam yang menitikkan airmata iba pada negeri ini
Dia membisikkan, menuntun kata dan ikrarku
Dan inilah aku,
Kuabdikan diri ku untuk bendera suci, negeri ini
Aku lah matahari
Aku yang kau cari
Akulah mentari pagi harapan pribumi
Akulah yang kan sinari bumi pertiwi
Dengan prestasi dan akhlak terpuji
Inilah aku, untuk pemimpin sejati
By : Ika_X5

Semalam Kota ini

Semalam kota ini sepi
Lampu mercusuar sinari sudut tepi laut mati
Termenung aku berkaca diri
Kakekku belum pulang berburu Belanda
Semalam kota ini sepi
Kakek, bangsa ini mencari jati diri
Didekap dalam rangkulan kompeni
Meminta diri dan urung mengampuni
Semalam kota ini sepi
Bilamanakah kemerdekaan itu merupakan sinar baru
Kakek, Nippon pun belum menepati janji
Sampai kapan kakek berdiri di sana
Kata nenek malaikat maut tadi pagi sudah menanyakanmu
Tapi dia sudah dapat banyak jiwa di lokasi rodi dan romusha, katanya
Kakek, kapan pulang kembali
Aku rindu dan lelah terus menanti
Kini waktumu ‘tuk beristirahat di kursi tuamu
Bersama aku dan anak-anakmu
Semalam kota ini masih sepi
Biarkan aku melanjutkan perjuangan mu
Melawan zaman kemiskinan dan kebodohan(moral)
Namun kembalilah, kembalilah
Aku ingin bertemu denganmu sekali lagi
Agar malam ini kota tak menjadi sepi

By : ika_X5

Sumpah (ini) Pemuda

28 Oktober 1928, merupakan acara yang sakral bagi pemuda Indonesia (saat itu).Mereka bersemangat menyatakan ikrar tentang sebuah persatuan yang abadi. Hari itu merupakan hari yang sangat bersejarah dan akan terkenang sepanjang masa. Hari yang bahagia, hari yang menegangkan.
20 Agustus 2010, tiga hari sesudah hari kemerdekaan. Tiada yang berubah di sini, di Indonesia. Semakin tua, semakin malas. Mungkin Indonesia dilambangkan sebagai fase-fase perkembangan manusia. Semakin banyak tindak kejahatan, kemiskinan meningkat, harga semakin naik melilit-lilit rakyat, bahkan semangat pelajar pun terasa hilang ditelan umur sumpah pemuda tersebut.
Mendekati hari sumpah pemuda, aku ingin merubah semuanya. Merubah semua pola yang menurutku adalah merupakan suatu kemunduran, bukan kemajuan. Misalnya adalah imitasi, imitasi budaya. Dengan mudahnya kita mengkopi budaya tersebut namun dengan hasil nenek moyang kita sendiri kita merasa ogah-ogahan. Out of date lah, nggak jaman lah. Semuanya terlontar dari mulut para pemuda zaman ini dengan mudah tanpa beban. (jangan menjadi orang yang selalu mengurusi budaya orang lain).
Mungkin pemuda merasa hari ini adalah fase zaman yang mudah. Kemudahan akses di semua bidang, tak seperti di zaman perjuangan. Hrhh, seandainya aku bisa mengajak mereka bertamasya ke kondisi negeri masa lampau. Di mana semua rakyat mendapat kesengsaraan dari kolonialisme. Andai saja mereka bisa merasakan semua.
Aku adalah siswi SMAN 10 Malang Sampoerna Academy. Jujur aku bangga, sangat bangga menjadi salah satu didikan Sampoerna Academy. Leader... i am. Pemimpin... saya. Begitulah ikrar kami. Namun tanpa disadari, kata-kata yang sering kami ucapkan tersebut merupakan sebuah janji dan tanggung jawab yang harus kita tepati suatu saat nanti. Masa depan bangsa ada di pundak kami.
Hidup di asrama, sangat menyenangkan bagiku. Kita belajar untuk tidak menjadi orang yang selalu egois. Makan harus, mandi harus antre, masuk bis harus antre. Semua harus dilakukan dengan kesabaran. Dan aku suka itu, hal yang tidak akan pernah aku temukan di rumahku.
Namun kadang terfikir olehku ada sebuah unsur yang belum bisa dirubah dalam kehidupan kami, semua pelajar di Indonesia. Tahukah, kami adalah calon pemimpin bangsa yang kelak harus bertanggung jawab dengan bangsa ini. Namun sebenarnya aku berfikir, apa yang kita kejar saat belajar. Untuk mengerti, memahami dan menerapkan pelajaran tersebut atau hanya untuk mencari nilai sempurna???.
Sumpah pemuda oh sumpah pemuda, sebangsa, namun masih banyak tawuran pelajar, perpecahan, dan banyak lagi tindakan yang tak terpuji. Se-tanah air namun suka mencaci bangsa sendiri. Satu bahasa, namun selalu menggunakan bahasa kekerasan.
Bagiku sumpah pemuda tidak hanya ikrar yang melambangkan tanggung jawab sebagai putra bangsa. Namun sebuah amanat dari leluhur untuk mempertahankan bangsa dan membawanya maju sebagai bangsa yang terhormat dengan banyak prestasi( bukan imitasi).
Cintaku kepada Bangsa membawaku untuk mengangkat nya suatu saat aku menjadi pemimpin yang benar-benar bijaksana. Tanpa adanya KKN dan tindak amoral. Aku tak ingin menjadi orang yang pintar, namun menjadi orang yang cerdas. Cerdas menempatkan dan mengendalikan kepandaiannya. Bukan malah untuk “minteri” rakyat jelata dan menjadikan mereka tumbal dari semua ulah kita.
Suatu saat aku harus mempertanggungjawabkan gaya kepemimpinanku kepada Tuhan. Menurutku di Indonesia banyak terdapat orang pandai bahkan ahli, namun ada satu yang salah dari sistem pendidikan di negeri ini. Karena ilmu dihargai dengan nilai, bukan penerapannya. Mereka, para sarjana adalah orang yang pintar, namun mereka tiada bisa menempatkan kecerdasannya sehingga bermanfaat bagi orang lain. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. Itukah pemuda sekarang yang menerapkan sumpah pemuda???
Yah, semoga aku adalah salah satu dari sedikit orang bermoral di Negeri ini...


Oleh : Ika Diana Werdani/X-5
SMAN 10 Malang Sampoerna Academy

Sistem yang Selalu Disalahkan

Sistem yang Selalu Disalahkan


Hemh, membahas soal yang satu ini memang tidak akan ada habisnya. Karena kesempurnaan sistem setiap orang memiliki kriterianya sendiri(bersifat subyektif). Misalnya saja sistem pendidikan di negara kita. Bayangkan, dengan jutaan penduduk suatu sistem takkan pernah dikatakan sempurna, sampai kapanpun, karena setiap individu memiliki selera masing-masing. Karena penilaiannya subyektif.
Wah, di Indonesia juga sering terjadi pergantian kurikulum lho, misalnya yang terakhir ini adalah KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi) menjadi KTSP(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Nah kita sebagai warga negara yang baik, jangan hanya mencemooh tentang kekurangan-kekurangan sistem tersebut. Karena nggak akan ada gunanya bahkan hanya menambah panasnya suasana negeri kita.
Nah, satu lagi yang paling heboh di kalangan pelajar adalah Ujian Nasional yang saat ini menjadi tolak ukur kelulusan. Juga penerimaan peserta didik baru yang mana RSBI menggunakan tes. Wah lagi-lagi timbul opini yang berbeda-beda. Duh, jadi bingung yah??.
Setiap orang akan memberikan opini sesuai pengalamannya atau bahkan dari kabar burung belaka. Sebagai seorang pelajar jangan mudah terpengaruh ya dengan opini-opini tersebut. Kita harus bisa men filteri diri agar tidak menganut paham-paham yang akhirnya dapat menjerumuskan diri kita sendiri. Caranya???
Jangan menyebarkan sesuatu yang belum pasti atau kamu belum memastikan sendiri. Kamu tahu kan itu termasuk dalam kategori fitnah?? Kalau dalam lingkup keluarga sih nggak apa-apa. Tapi kalau sampai lintas provinsi gimana hayoo?? Bukan hanya instansi tersebut yang akan rugi, tapi kamu juga akan terkena imbasnya. Pertama orang-orang akan menganggapmu tukang fitnah apabila berita itu tidak terbukti kebenarannya. Kedua kamu akan dikucilkan bahkan kamu akan merasa malu dengan dirimu sendiri, apalagi perkataan itu jarang bisa diralat kalau sudah mencapai lingkup yang luas. Kecuali kamu selebriti yang kerap kali tampil di infotainment he..he..he. nah yang terakhir, tindakan itu termasuk tindakan kriminal lho, bisa-bisa kamu dituntut dan.... haduh pokoknya segalanya akan terasa rumit dan salah kaprah. Belum lagi kalau kamu memikirkan dosanya, hiii ngerrii.
Nilailah sesuatu dengan obyektif. Jadi jangan berdasarkan posisi kamu. Misalnya nih ya(maaf) kalau kamu nggak ketrima di sebuah sekolah(jangan sampe’..) nah trus kamu memberitakan yang bukan-bukan. Ketidak transparannya sebuah proses bukan menjadi alasan. Tengoklah diri sendiri, apakah kita sudah melakukan yang terbaik, usaha, doa dan lainnya??(yang halal lho ya maksudnya). Kalau salah satu dari hal tersebut terlewati, maka jangna salahkan instansi itu dong... kan kamu yang belum melakukan prosedur dengan benar, right?? Ohya ingat, bagaimanapun hal itu tak terlepas dari campur tangan Tuhan, jadi kalau kamu sudah melakukan semuanya namun kamu belum berhasil, berarti Tuhan punya jalan lain untukmu. 
Lakukan yang terbaik. Dengan melakukan yang terbaik, dalam segala kondisi bahkan dalam sistem apapun dijamin deh kita tetap unggul.
Positive Thinking. Berfikiran positif juga akan mempengaruhi kesuksesan, dengan berfikiran netral bahkan positif(atom kali yah..hehehe) hati kita akan membisikkan hal-hal yang positif dan akhirnya terealisasi dalam tindakan kita. Juga, tidak akan ada tekanan di otak kita, kita tak akan menjadi stress dengan masalah yang sedang terjadi. Nah mulai sekarang jangan terlalu mengurus urusan orang lain yah??? Itu akan membuatmu semakin tertekan...
Jadi menurutmu, kita harus terus menyalahkan sistem???



By : Ika Diana Werdani

Sistem yan

Jumat, 06 Agustus 2010

aku harus bisa membedakan antara cinta, nafsu, keegoisan, dan kekaguman.. Di mana semua itu termasuk dalam emosi diri manusia.. tak dapat dihilangkan namun dapat dibendung.. semua yang ada di dunia ini, semua yang kumiliki.. pasti memiliki konsekwensi.. semua tanpa kecuali.. dan konsekwensi cinta adalah menghilangkan sifat egois dan jangan landasi cinta itu dengan nafsu.. sepperti yang sering dikatakan orang dinta tak harus memiliki, bahkan menurutku cinta itu bukan memiliki namun melindungi.. cinta itu bukan nafsu namun kasih sayang yang abadi.. dari dalam hati.. penuh ketulusan.. takkan pernah hilang dari hati.. selamanya...:)